1. Apa itu CIDR?
Perutean Antar Domain Tanpa Kelas (CIDR) adalah metode alokasi alamat IP yang meningkatkan efisiensi perutean data di internet. Setiap mesin, server, dan perangkat pengguna akhir yang terhubung ke internet memiliki nomor unik, yang disebut alamat IP, yang terkait dengannya. Perangkat menemukan dan berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan alamat IP ini. Organisasi menggunakan CIDR untuk mengalokasikan alamat IP secara fleksibel dan efisien dalam jaringan mereka.
Apa saja format alamat IP?
Alamat IP memiliki dua bagian:
- Alamat jaringan adalah serangkaian digit numerik yang menunjukkan pengidentifikasi unik jaringan
- Alamat host adalah serangkaian angka yang menunjukkan host atau pengidentifikasi perangkat individual pada jaringan
Hingga awal 1990-an, alamat IP dialokasikan menggunakan sistem pengalamatan berkelas. Panjang total alamat bersifat tetap, dan jumlah bit yang dialokasikan ke jaringan dan bagian host juga tetap.
Alamat berkelas
Alamat IPv4 terdiri dari 32 bit. Setiap string angka yang dipisahkan oleh titik terdiri dari 8 bit, yang diwakili oleh 0 hingga 255 dalam bentuk numerik. Organisasi dapat membeli tiga kelas alamat IPv4.
Kelas A
Alamat IPv4 Kelas A memiliki 8 bit prefiks jaringan. Misalnya, pada 44.0.0.1, 44 adalah alamat jaringannya dan 0.0.1 adalah alamat host-nya.
Kelas B
Alamat IPv4 Kelas B memiliki 16 bit prefiks jaringan. Misalnya, pada 128.16.0.2, 128.16 adalah alamat jaringannya dan 0.2 adalah alamat host-nya.
Kelas C
Alamat IPv4 Kelas C memiliki 24 bit prefiks jaringan. Misalnya, pada 192.168.1.100, 192.168.1 adalah alamat jaringannya dan 100 adalah alamat host-nya.
Alamat tanpa kelas
Alamat tanpa kelas atau Perutean Antar Domain Tanpa Kelas (CIDR) menggunakan variable length subnet masking (VLSM) untuk mengubah rasio antara bit alamat jaringan dan alamat host dalam alamat IP. Mask subnet adalah serangkaian pengidentifikasi yang mengembalikan nilai alamat jaringan dari alamat IP dengan mengubah alamat host menjadi nol.
Urutan VLSM memungkinkan administrator jaringan untuk menguraikan ruang alamat IP menjadi subnet berbagai ukuran. Setiap subnet dapat memiliki jumlah host yang fleksibel dan jumlah alamat IP yang terbatas. Alamat IP CIDR menambahkan nilai sufiks yang menyatakan jumlah bit prefiks alamat jaringan ke alamat IP normal.
Misalnya, 192.0.2.0/24 adalah alamat CIDR IPv4, dengan 24 bit pertamanya atau 192.0.2 merupakan alamat jaringan.
Apa saja keterbatasan pengalamatan IP berkelas yang dapat diatasi oleh CIDR?
Sebelum ada Perutean Antar Domain Tanpa Kelas (CIDR), alamat IP terbagi dalam kelas-kelas dan memunculkan inefisiensi. Kami akan membahas lebih lanjut tentang hal ini pada waktu mendatang.
Pengalamatan IP yang tidak fleksibel
Dalam sistem pengalamatan berkelas, setiap kelas mendukung perangkat-perangkat dalam jumlah tetap:
- Kelas A mendukung 16.777.214 host
- Kelas B mendukung 65.534 host
- Kelas C mendukung 254 host
Pengaturan kelas tidak efisien ketika mengalokasikan alamat IP dan menyebabkan pemborosan ruang alamat IP.
Misalnya, organisasi dengan 300 perangkat tidak dapat menggunakan alamat IP Kelas C yang hanya mengizinkan 254 perangkat. Jadi, organisasi terpaksa harus mengajukan alamat IP Kelas B yang menyediakan 65.534 alamat host unik. Namun, dengan hanya 300 perangkat ynag terhubung, terdapat 65.234 ruang alamat IP yang tidak digunakan.
Keterbatasan dalam desain jaringan
IP berkelas membatasi kemampuan Anda untuk menggabungkan jaringan sesuai kebutuhan. Misalnya, alamat IP berikut termasuk dalam jaringan kelas C yang berbeda dalam arsitektur berkelas:
- 192.168.1.0
- 192.168.0.0
Sebagai administrator jaringan, Anda tidak dapat menggabungkan kedua jaringan tersebut karena mask subnet kelas C bersifat tetap, yaitu 255.255.255.0.
Apa saja manfaat dari CIDR?
Dengan Perutean Antar Domain Tanpa Kelas (CIDR), organisasi Anda memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam menetapkan alamat IP dan merutekan data antarperangkat.
Mengurangi pemborosan alamat IP
CIDR memberikan fleksibilitas saat Anda menentukan tugas pengidentifikasi jaringan dan host pada alamat IP. Anda dapat menggunakan CIDR untuk menyediakan sejumlah alamat IP yang diperlukan untuk jaringan tertentu dan mengurangi pemborosan. Selain itu, CIDR mengurangi entri tabel perutean dan menyederhanakan perutean paket data.
Mentransmisikan data dengan cepat
CIDR memungkinkan router untuk mengatur alamat IP menjadi beberapa subnet secara lebih efisien. Subnet adalah jaringan yang lebih kecil yang ada di dalam jaringan. Misalnya, semua perangkat yang terhubung ke router berada di subnet yang sama dan memiliki prefiks alamat IP yang sama.
Dengan CIDR, organisasi Anda dapat membuat dan mengonsolidasikan beberapa subnet. Hal ini memungkinkan data mencapai alamat tujuan tanpa mengambil jalur yang tidak perlu.
Membuat Cloud Privat Virtual
Cloud Privat Virtual (VPC) adalah ruang digital privat yang di-host di dalam cloud. VPC memungkinkan organisasi Anda untuk menyediakan beban kerja di lingkungan yang terisolasi dan aman. VPC menggunakan alamat IP CIDR saat mentransfer paket data antara perangkat-perangkat yang terhubung.
Membuat supernet secara fleksibel
Supernet adalah sekelompok subnet dengan prefiks jaringan yang serupa. CIDR memungkinkan fleksibilitas dalam membuat supernet, yang tidak mungkin dilakukan dalam arsitektur masking konvensional. Misalnya, organisasi Anda dapat menggabungkan alamat IP ke dalam satu blok jaringan menggunakan notasi seperti ini:
- 192.168.1 /23
- 192.168.0 /23
Notasi ini menerapkan mask subnet 255.255.254.0 ke alamat IP, yang mengembalikan 23 bit pertama sebagai alamat jaringan. Router hanya membutuhkan satu entri tabel perutean untuk mengelola paket data antara perangkat-perangkat pada subnet.
Bagaimana cara kerja CIDR?
Perutean Antar Domain Tanpa Kelas (CIDR) memungkinkan router jaringan untuk merutekan paket data ke perangkat masing-masing berdasarkan subnet yang ditunjukkan. Alih-alih mengklasifikasikan alamat IP berdasarkan kelas, router mengambil alamat jaringan dan host sebagaimana ditentukan oleh sufiks CIDR.
Anda perlu memahami blok CIDR dan notasi CIDR untuk mempelajari cara kerja CIDR.
Blok CIDR
Blok CIDR adalah kumpulan alamat IP yang memiliki prefiks jaringan dan jumlah bit yang sama. Blok besar terdiri dari lebih banyak alamat IP dan sebuah sufiks kecil.
Internet Assigned Numbers Authority (IANA) menetapkan blok CIDR besar ke registri internet regional (RIR). Lalu, RIR menetapkan blok yang lebih kecil ke registri internet lokal (LIR), yang kemudian menetapkannya ke organisasi. Sementara itu, pengguna privat mengajukan permintaan blok CIDR dari penyedia layanan internet mereka.
Notasi CIDR
Notasi CIDR merepresentasikan alamat IP dan sufiks yang menunjukkan bit pengidentifikasi jaringan dalam format tertentu. Misalnya, Anda dapat mengekspresikan 192.168.1.0 dengan pengidentifikasi jaringan 22 bit sebagai 192.168.1.0/22.
Bagaimana CIDR digunakan dalam IPv6?
IPv6 adalah sistem pengalamatan jaringan yang didesain untuk menggantikan IPv4. IPv6 menggunakan pengidentifikasi unik 128 bit, yang memungkinkannya menyimpan alamat IP 1.028 kali lebih banyak daripada IPv4.
Alamat IPv6 terdiri dari 8 nilai heksadesimal yang dipisahkan titik dua. IPv6 memungkinkan ruang alamat yang jauh lebih besar untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah perangkat yang terhubung ke internet saat ini.
Dalam Perutean Antar Domain Tanpa Kelas (CIDR), alamat IPv6 dapat digabungkan dengan prefiks panjang bit arbitrer, yang serupa dengan alamat IPv4. Misalnya, 2001:0db8:/32 adalah alamat CIDR IPv6, dengan 32 bit pertama, atau 2001:db8, sebagai alamat jaringan.
Bagaimana AWS dapat mendukung kebutuhan CIDR Anda?
Amazon Virtual Private Cloud (Amazon VPC) adalah jaringan virtual aman dan terisolasi yang memungkinkan organisasi meng-host sumber daya Amazon Web Services (AWS) mereka. Anda sekarang dapat menggunakan Pengelola Alamat IP (IPAM) Amazon VPC untuk mengalokasikan blok-blok Perutean Antar Domain Tanpa Kelas (CIDR) IPv6 yang berdekatan. Arsitek jaringan menggunakan blok CIDR yang berdekatan untuk membuat cloud privat virtual (VPC).
Berikut adalah manfaat lain menggunakan Amazon VPC:
- IPAM memungkinkan Anda untuk membuat kolam lingkup publik IPv6 dan menyediakan dengan blok CIDR Bawa IP Anda Sendiri (BYOIP).
- Anda dapat menyediakan /52 hingga /40 blok CIDR IPv6 ke dalam kolam yang terpisah dan mengaitkannya dengan VPC.
- Administrator jaringan dapat menggabungkan CIDR di Amazon VPC. Mereka dapat melakukannya di seluruh konsep jaringan dan keamanan seperti daftar kontrol, tabel rute, grup keamanan, dan firewall.
2.LSM atau Variable Length Subnet Mask
VLSM atau variable length subnet mask adalah jenis perhitungan subnetting dimana panjang subnet mask yang kita berikan akan disesuikan dengan banyaknya jumlah host di setiap subnet tersebut.
Belajar VLSM kali ini tidaklah sulit, karena intinya: cara perhitungannya sama saja dengan yang sudah kita bahas di materi belajar subnetting sebelumnya.
Cuma beda dikit aja, serius.
Saya yakin kamu akan sangat mudah memahami materi VLSM kali ini. Kecuali kamu memang tidak mengikuti bab ip addressing ini dari awal.
Ada 2 teknik perhitungan subnetting:
- FLSM: fixed length subnet mask. Satu network, kita pecah-pecah menjadi beberapa network (subnet) dimana setiap lebar subnet yang satu sama dengan lebar subnet yang lainnya.
- VLSM: variable length subnet mask. Kebalikannya, sebuah network yang kita subnet, menghasilkan subnet-subnet yang berbeda panjang subnet masknya antara subnet satu dengan yang lain.
Nah, yang kita bahas sebelumnya itu adalah teknik FLSM. Nanti akan kita ulas lagi perbedaan antara FLSM dan VLSM.
Tapiiii… disini saya tidak akan bahas lagi tata cara perhitungannya. Kita akan lebih mempelajari cara pemetaan (design subnet) jaringan yang efektif dan mudah dalam pengembangannya.
Sebagai permulaan, ini topologi yang akan kita bahas.
Ada 3 network di topologi tersebut:
- Workstation LAN: di kaki e0/0 Router01 menuju switch yang terhubung ke client-client, sebanyak 50 hosts.
- Point-to-Point WAN: di kaki s1/0 Router01 menuju kaki s1/0 Router02, cuma butuh 2 hosts.
- Server-LAN: di kaki e0/0 Router02 menuju ke server-server yang banyaknya 12 hosts.
Walau sebenarnya jarang ada topologi seperti ini, sengaja kita pakai untuk belajar dasar perhitungan VLSM saja.
- Dikatakan point-to-point WAN: seperti kita ingin menghubungkan 2 gedung, dengan 2 router dedicated di gedung tersebut.
- Tapi gedung Router02 isinya server-server (seharusnya ada switch disana).
- Sedang gedung Router01 untuk workstation, para karyawan.
Jelas ya? Mari kita mulai.
3. Teknik Subnetting dengan FLSM (Fixed Length Subnet Mask)
Dari ip space 192.168.10.0/24, berarti kita punya 254 lebar host yang bisa dihitung-hitung (dialokasikan). Nah kalau FLSM, lebar setiap subnet yang kita buat nanti, sama semua.
Disana kan cuma ada 3 network.
Dari 192.168.10.0/24 dibagi menjadi 3 network, kita bisa pakai:
- /26 untuk setiap subnet (workstation LAN, point-to-point, server LAN), sama semua. Lebar host dari /26 adalah 64, dengan 62 valid host. Ya kan?
- /24 akan habis jika dipakai 4x /26. Sedang kebutuhan network kita cuma 3, berarti ada satu block /26 yang tersisa, bisa digunakan juga untuk spare.
Masih bingung cara menghitungnya? Mari kita ulas.
a. Menentukan subnet mask untuk kebutuhan jumlah host
“Bro, gedung Router01 ntar yang paling banyak jumlah hostnya. Karena karyawan disana semua, kira-kira sebanyak 50 hosts.”
“Di gedung Router02 isinya cuma server-server, sekitar 12 an server, tapi ini kita pasangin router dedicated aja. Nanti ada satu network point to point buat hubungin ke gedung Router01”
Dari percakapan ini, fokus kita ke workstation LAN yang isinya 50 hosts. Nah berapa subnet mask yang panjang hostnya sampai 50?
Biar gampang, kita pakai tabel sakti.
Dengan /26, kita punya lebar host 62 yang bisa dipakai. Dari kebutuhan 50, masih ada 12 ip nanti yang sisa. Cukup bagus buat spare, ya kan?
b. Ini perhitungannya
Well, saya tidak ingin menyesatkan pola belajar kamu dengan tabel itu. Minimal kamu harus sudah tau cara perhitungannya, karena tabel tersebut cuma memudahkan saja, bukan jadi bocoran.
2 pangkat berapa (y) yang jumlahnya mencukupi 64 host?
Ingat di materi subnetting sebelumnya, untuk mencari tahu jumlah host dan subnet masknya, kita gunakan rumus 2^y-2. Dimana y adalah bit host yang aktif.
2^y-2 sama dengan atau lebih dari 64 host?
Jawabannya adalah 2 pangkat 6 = 64 (kurang 2 untuk broadcast address dan network address).
Alias 1100.0000 = 64 bit host yang on di oktet ke 4.
Berapa subnet masknya?
Setelah itu sudah kita cari tahu subnet masknya dengan rumus 256 – jumlah host yang diketahui tadi. Berarti 256 – 64 = 192.
Di oktet 4, inget, kelas C. Berarti 255.255.255.192.
c. Subnet yang terbentuk
Karena FLSM, perhitungan selesai. Kita gunakan 255.255.255.192 alias /26 untuk setiap subnet, semuanya sama.
- Valid host: 62 host
- Interval / block size = 64
- Subnet mask = 255.255.255.192
Gampang kan?
Kalo ga nyambung sama sekali, sana belajar subnetting dulu dari dasar.
2. Teknik Subnetting FLSM Bagian 2
Karena /24 bisa habis dengan 4x /26, sedang yang kita gunakan cuma 3 block subnet. Maka masih sisa 1 lagi /26 dengan alamat network 192.168.10.192/26.
“Bro, nanti kemungkinan besar ada penambahan network lagi”.
Yes, ini harus benar-benar dipertimbangkan saat mensubnet network.
Nah, dari topologi yang udah kita design diatas, efektif engga sih jika spare address tadi berada di block subnet terakhir (ke empat)?
Jawabannya, sah sah saja. Tapi akan lebih efektif kita tempatkan di block ke 2 setelah workstation LAN (dengan asumsi penambahan karyawan yang peluang penambahannya lebih besar).
Selain itu, pertimbangannya adalah kemudahan routing (summarization yang akan kita bahas nanti) karena jika block nya lompat, maka route summarization akan sulit dilakukan.
Perhatikan urutan subnetnya, ada perubahan. Walau subnet mask tiap subnet masih tetap sama panjang.
So, nantinya Router02 hanya akan mengenali LAN di network Router01 sebagai satu block subnet 192.168.10.0/25 (dengan lebar 126 host).
2x /26 kalau disatukan menjadi sebuah network, jadinya /25, ya kan?
Dah.. ini bayang-bayang saja, nanti kita bahas.
2. Keuntungan Menggunakan VLSM
Perlu saya sampaikan, antara VLSM dan FLSM, tidak ada yang lebih baik. Semuanya tergantung design jaringan yang kita buat.
- Jaringan LAN enterprise A dengan kelas A address: 10.0.0.0/8.
- Punya beberapa site, site A, site B, site C, dan seterusnya.
- Dari global ip space 10.0.0.0/8 tadi disubnet menjadi beberapa site menggunakan FLSM (biasanya).
- Tapi tiap site, mereka pasti akan membuat subnet untuk network mereka.
- Nah subnet tiap site didesign dengan VLSM.
Okay, perlahan nanti akan kamu lihat design jaringan yang saya sebutkan diatas. Dibawah nanti akan saya berikan salah satu contohnya.
Sekarang pertanyaannya, kenapa VLSM itu diperlukan?
Perhatikan topologi yang udah kita bahas diatas.
Maka pertanyaannya kita balik: “untuk apa network point-to-point menggunakan /26?”
Jumlah host yang dibutuhkan kan cuma 2, berarti terbuang sebanyak 60 ip address. Sayang banget kan???
… nantinya akan menjadi masalah, ketika network sudah routed, ternyata ip address kurang. Karena tidak segampang itu mengubah skema pengelamatan jaringan yang sudah live.
Semuanya harus diganti, routing diubah, alamat-alamat server akan diubah, ribet. Maka sangat penting mengalokasikan subnet mask yang sesuai untuk tiap subnetwork.
3. Cara Menghitung VLSM
Menghitung VLSM ga susah! Kecuali kamu benar-benar tidak mengikuti bab ip addressing ini dari awal.
- Subnet dihitung dari kebutuhan host terbesar. (Kebutuhan hostnya diurutkan)
- Jika FLSM, masalah selesai. Semua network dikasih sama panjang.
- Tapi di VLSM, tiap subnet akan dihitung lagi.
- Networknya mengikuti dari subnet yang sudah dihitung sebelumnya.
Kita kembali ke topologi diatas. Jika didesign dengan VLSM, maka hasilnya kira-kira seperti ini.
Satu-satu dulu deh.
a. Perhitungan VLSM dasar
Network tadi akan kita urutkan terlebih dahulu:
- Workstation LAN, paling banyak, yaitu 50 host. Menggunakan /26 dengan alamat network 192.168.10.0/26.
- Server-LAN, kedua, ada 12 host. Menggunakan /28 (karena punya 14 valid host). Dengan alamat network 192.168.10.64/28.
- Point-to-point WAN, terakhir, cuma ada 2 host, cukup dengan /30. Dengan alamat network 192.168.10.80/30.
- Kalau ada network lagi, berarti bisa pakai network mulai dari 192.168.10.84 (akhir dari network point to point WAN).
Nah, tidak ada bedanya (perhitungannya). Cuma beda pengalokasian saja.
Karena di VLSM, sisa network jadi banyak, lihat di topologi block hijau, yaitu sisa alamat ip yang bisa digunakan (Bisa disubnet lagi).
(Kamu akan sulit memahami sisa ip address diatas kalau belum paham range host valid tiap slash subnet).
b. Perhitungan VLSM lanjutan
Design yang kita buat diatas masih sedikit kurang efektif. (Tapi kalau ada soal seperti ini, jawaban diatas udah paling bener).
Kita tidak sedang belajar untuk menjawab soal perhitungan VLSM, tapi teknik skema pengalamatan jaringan. Kalau mau belajar perhitungan dasar subnetting silakan balik ke bab sebelumnya.
Okay, ini cara yang lebih baik.
- Kita kan butuh 3 network. Punya space address 192.168.10.0/24
- Hitung dari turunan /24, yaitu /25, 26, dan seterusnya.
- Kalau /25, kita bisa bagi 2, kalau /26 kita bisa bagi 4, kalau /27, kita bisa bagi 8, dan seterusnya.
- Tapi LAN workstation ga mungkin dikasih dibawah /26, karena butuh paling tidak 50 host.
Jadinya perhitungan kita ubah seperti ini :
- Space address 192.168.10.0/24 tadi kita pecah jadi 2 block subnet besar, masing-masing /25.
- Workstation LAN: 192.168.10.0/25
- Server LAN dan WAN: 192.168.10.128/25
- Server LAN dan WAN kita pisahkan lagi dari total ip space 192.168.10.128/25.
- Server LAN: 192.168.10.128/26
- WAN: 192.168.10.192/26
Maka topologi yang kita buat jadinya seperti berikut:
Silakan diamati topologinya.
Alasan kenapa dibuat seperti itu, ya jawabannya adalah efisiensi routing kedepannya. Alokasi subnet tidak lompat-lompat.
Ini intinya: bagilah global space ip address dengan FLSM menjadi sedikit jumlah network besar, lalu VLSM subnet-subnet tersebut untuk membentuk network yang lebih kecil setiapnya.
c. Pengalokasian sisa ip address
Mulai sekaran, kalau ada yang nanya “bagus VLSM atau FLSM?”. Jawab saja, “engga ada”. Ga bisa dibandingkan. Pertama, pakei FLSM untuk subnet besar, selanjutnya subnet besar itu disubnet lagi sesuai kebutuhan host dengan VLSM.
Oh ya, manakala network tadi mau berkembang, sudah enak. Jadi seperti ini.
Sudah jelas sampai sini?
4. Design Subnet yang Efektif dengan VLSM dan FLSM
Kalau kamu masih ingat dengan tahapan membuat subnet yang kita bahas di bab sebelumnya, maka design yang kita buat diatas juga masih belum sempurna.
Disana sudah dijelaskan bahwa ketika membuat subnet:
- Bedakan network LAN dan WAN
- Bisa dengan 1 kelas ip, asal jauh jaraknya
- … atau bedakan kelas ip addressnya.
Kalau kamu perhatikan topologi yang kita bahas tadi. Permasalahan alokasi ip address disebabkan karena kita menggabungkan alokasi untuk network LAN dan network point-to-point WAN.
Jadinya kepotong, ya kan.
Jujur saya katakan, kalau kamu mengerjakan lab exploration CCNA, disana kamu akan banyak sekali melihat skema ip address untuk jaringan yang luas, skala enterprise.
Ini salah satu contohnya.
… atau ini
Perhatikan, disana dibedakan network untuk LAN, WAN, maupun internet.
Kalau kamu engga coba lab-lab diatas, sayang banget. Darisana kamu bisa belajar bener-bener VLSM hingga bener-bener mahir, hingga teknik routing dan summarizationnya.
Saya nol pengalaman dan bukan network engineer saat belajar dengan lab tersebut.
Setelah berkesempatan menghandle jaringan enterprise beberapa perusahaan, skemanya ya seperti itu juga. Lucky me i’ve learned them!
Simpulan
Sekian mengenai belajar VLSM. Mudah-mudahan cukup menjelaskan teknik design / pengalamatan ip jaringn komputer.
Di bab berikutnya kita akan belajar mengenai summarization atau yang dikenal dengan supernetting.
Jika terlalu lama menanti bab berikutnya silakan kerjakan lab yang saya sebutkan diatas dan diskusi bisa dilakukan di group @belajarnetworking telegram.
Bagikan jika bermanfaat.
Terima Kasih …
Semoga bermanfaat …
Min saya berhasil ngerjain topologi yg ada 2 region dan 2 isp, bedasarkan percobaan saya buat pembagian subnet nya di region 1 yg ip space nya 10.1.0.0/16 itu VLSM, dan di region 2 172.20.0.0/16 ti FLSM, betulkah begitu? Sudah saya routing bedasarkan coretan yg di gambar dan sukses, lalu apakah kita bisa tambahkan vpn tunnel di topologi tsb? Beserta peng enkripsiannya?, Terimakasih
Contoh yang saya ambil dari lab CCNA exploration itu? Engga saya bahas disini sih mas. Coba langsung kerjakan aja file
.pka
nya, disitu ketauan benar atau salahnya dan berapa persen pengerjaannya.Mengenai vpn dan tunneling masih di luar pembahasan kali ini. Tapi jawabannya, bisa.
Jadi intinya VLSM digunakan untuk memanfaatkan jaringan besar dari FLSM untuk menempatkan jaringan sesuai dengan kebutuhan..
Min saya ada 2 pertanyaan tentang masalah dibagian VLSM contoh ilustrasi.
space IP yang digunakan pada jaringan itukan 192.168.10.0/24.
pertanyaan :
1 . bukannya CIDR /24 memiliki jumlah 1 subnet(gang), tidak memilik 2 subnet(gang) ?..
kenapa bisa dengan CIDR /24 bisa membagi jadi 2 yang digunakan pada
1. Workstation
2. WAN dan LAN
itukan CIDR dengan kelas C, workstation menggunakan network seperti pada space IP(192.168.10.0), sedangkan untuk WAN dan LAN berbeda IP(192.168.128.0). bukannya ini termasuk beda jaringan ?.. dan ini bukannya termasuk kelas B yang digunakan ?. ( soalnya oktek ke -3 yang berubah, sedangkanya kalo kelas C itu okteknya yang berubah )
maaf, jika saya ada kesalahan..
Oh iya mas itu ada kesalahan penulisan 192.168.128.0/25, seharusnya 192.168.10.128/25. Sudah saya perbaiki ya.
Saya tidak paham dengan (gang) yang dimaksud. Tapi ya /24 jika dibagi bisa menciptakan 2 buah subnet /25, atau 4 buah subnet /26, dst. Di contoh saya buat 192.168.10.0/24 space address, dibagi jadi 2 buah subnet yaitu 10.0/25 dan 10.128/25.
mas, untuk yang di sub materi VLSM kan untuk yang server LAN 12 host diberikan IP 192.168.10.64/28. Pertanyaan saya, bukannya untuk blok size nya itu 0 sampai 16 ya?? kalau mengikuti materi kan seharusnya pengalamatannya ditulis 192.168.10.0(atau 0-16). Tapi kenapa bisa ditulis 10.64 ya? maaf
Gambar yang ini ya?
Coba diperhatikan lagi topologinya. Space ip address (total adalah /24) 192.168.10.0/24
Kebutuhannya:
– 50 host untuk workstation LAN
– 2 host untuk point-to-point WAN
– 12 host untuk Server-LAN
Alokasi VLSM dimulai dari kebutuhan host terbanyak terlebih dahulu, yakni 50 host untuk workstation LAN maka dialokasikan sebesar /26.
Workstation LAN:
– Network 192.168.10.0/26
– First host: 192.168.10.1/26
– Last host: 192.168.10.62/26
– Broadcast: 192.168.10.6326
Next: 12 host untuk server LAN (terbanyak kedua)
Maka networknya dimulai dari 192.168.10.64, melanjutkan dari network workstation LAN yg sudah dialokasikan sebelumnya.
Pengertian Subnetting Subnetting adalah upaya / proses untuk memecah sebuah network dengan jumlah host yang cukup banyak, menjadi beberapa network dengan jumlah host yang lebih sedikit. Teknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak dibatas oleh kelas-kelas IP (IP Classes) A, B, dan C yang sudah diatur. Dengan subnetting, anda bisa membuat network dengan batasan host yang lebih realistis sesuai kebutuhan. Subnetting menyediakan cara yang lebih fleksibel untuk menentukan bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang mewakili netword ID dan bagian mana yang mewakili host ID. Dengan kelas-kelas IP address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang tersedia; 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting mengizinkan anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk digunakan sebagai network ID. Dua alasan utama melakukan subnetting: 1. Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta IP address untuk host devicenya. Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254, namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address. 2. Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang sama akan memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar semua komputer dengan network ID yang sama harus berada di physical network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast yang sama, yang berarti sebuah medium network harus membawa semua traffic untuk network. Karena alasan kinerja, network biasanya disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil – bahkan lebih kecil – dari Class C address. 41 2.1 Pengertian Subnet Mask Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar. RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut: Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1. Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0. Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP. 2.2.1 Aturan - aturan Dalam Membuat Subnet mask 1. Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Sehingga, octet pertama dari subnet pasti 255. 2. Angka maximal untuk network ID adalah 30 bit. Anda harus menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID, maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan bisa. Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host ID yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address dan semua 0 digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri. Jadi, jika anda menggunakan 31 bit untuk network ID dan menyisakan hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1 digunakan untuk broadcast address dan host ID 0 adalah network itu sendiri) maka tidak akan ada ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID adalah 30 bit. 3. Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1, hanya 9 nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet mask (termasuk 0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-nilai yang berasal dari 9 bit. 42 2.3 Representasi Subnet Mask Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni: 2.3.1 Desimal Bertitik Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP. Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:,
Tabel 2.1 Format Pada Notasi Desima Bertitik
Kelas Alamat Subnet Mask (Biner) Subnet Mask (Desimal)
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0
Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh
administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting).
Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah
dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang
digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang
telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0)
yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang
telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan
dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
43
138.96.58.0, 255.255.255.0
2.3.2 Panjang Prefiks (Prefix Length)
Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang
berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk
merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan
network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix
seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan
sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC
1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
/
Tabel 2.2 Format Notasi Prefix Length
Kelas
Alamat
Subnet Mask (Biner) Subnet Mask
(Desimal)
Prefix
Length
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0 /8
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0 /16
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0 /24
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet
mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network
identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus
menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama
pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan
kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier
138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga
138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP
yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.
44
2.4 Menentukan alamat Network Identifier
Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan
sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi
matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND
comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan
akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah
satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika
kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang
diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan
menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan
operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet
mask itulah yang disebut dengan network identifier.
Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------ AND
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)
2.5 Tabel Pembuatan Subnet
2.5.1 Subnetting Alamat IP kelas A
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network
identifier kelas A.
Table 2.3 Subnetting Untuk Kelas A
Bit
Masked
Jumlah
Subnet Bit
Subnet Mask
Notasi Desimal Host Per Subnet
Bertitik
Notasi Panjang
Prefiks
1 Invalid Invalid /9 -
45
2 2 255.192.0.0 /10 4194302
3 6 255.224.0.0 /11 2097150
4 14 255.240.0.0 /12 1048574
5 30 255.248.0.0 /13 524286
6 62 255.252.0.0 /14 262142
7 126 255.254.0.0 /15 131070
8 254 255.255.0.0 /16 65534
9 510 255.255.128.0 /17 32766
10 1022 255.255.192.0 /18 16382
11 2046 255.255.224.0 /19 8910
12 4094 255.255.240.0 /20 4094
13 8910 255.255.248.0 /21 2046
14 16382 255.255.252.0 /22 1022
15 32766 255.255.254.0 /23 510
16 65534 255.255.255.0 /24 254
17 131070 255.255.255.128 /25 126
18 262142 255.255.255.192 /26 62
19 524286 255. 255.255.224 /27 30
20 1048574 255.255.255.240 /28 14
21 2097150 255.255.255.248 /29 6
22 4194302 255.255.255.252 /30 2
23 - 255.255.255.254 /31 Invalid
24 - 255.255.255.255 /32 Invalid
46
2.5.2 Subnetting Alamat IP kelas B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network
identifier kelas B.
Table 2.4 Subnetting Untuk Kelas B
Bit
Masked
Jumlah
Subnet Bit
Subnet Mask Host Per Subnet
Notasi Desimal
Bertitik
Notasi Panjang
Prefiks
1 Invalid Invalid /17 -
2 2 255.255.192.0 /18 16382
3 6 255.255.224.0 /19 8910
4 14 255.255.240.0 /20 4094
5 30 255.255.248.0 /21 2046
6 62 255.255.252.0 /22 1022
7 126 255.255.254.0 /23 510
8 254 255.255.255.0 /24 254
9 510 255.255.255.128 /25 126
10 1022 255.255.255.192 /26 62
11 2046 255. 255.255.224 /27 30
12 4094 255.255.255.240 /28 14
13 8910 255.255.255.248 /29 6
14 16382 255.255.255.252 /30 2
15 - 255.255.255.254 /31 Invalid
16 - 255.255.255.255 /32 Invalid
47
2.5.3 Subnetting Alamat IP kelas C
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network
identifier kelas C.
Table 2.5 Subnetting Untuk Kelas C
Bit
Masked
Jumlah
Subnet Bit
Subnet Mask Host Per
Subnet
Notasi Desimal
Bertitik
Notasi Panjang
Prefiks
1 Invalid - /25 -
2 2 255.255.255.192 /26 62
3 6 255. 255.255.224 /27 30
4 14 255.255.255.240 /28 14
5 30 255.255.255.248 /29 6
6 62 255.255.255.252 /30 2
7 - 255.255.255.254 /31 Invalid
8 - 255.255.255.255 /32 Invalid
2.6 Perhitungan Subnetting
Selain dengan melihat tabel-tabel diatas, untuk menghitung jumlah subnet atau pun
jumlah host dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Menentukan Jumlah Subnet
2
x
– 2 ≥ Jumlah Subnet
Dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask. Sedangkan untuk
kelas B binari 1 pada 2 oktet terakhir, kelas A binari pada 3 oktet terakhir.
48
b. Menentukan Jumlah Host Per Subnet
2
y
– 2 ≥ Jumlah Host Per Subnet
Dimana y adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet
mask. Untuk kelas B pada 2 oktet terakhir dan kelas A pada 3 oktet terakhir.
c. Menentukan Blok Subnet
256 – Nilai Oktet Terakhir Subnet Mask
Nilai oktet terakhir subnet mask adalah angka yang ada dibelakang subnet mask,
misalnya 255.255.255.192, maka 256 – 192 (nilai terakhir oktet subnet mask) = 64
subnet.
Hasil dari pengurangan ditambahkan dengan bilangan itu sendiri sampai berjumlah
sama dengan angka belakang subnet mask 64 + 64 = 128, dan 128 + 64 = 192. Jadi total
subnetnya adalah 0,64,128,192.
d. Menentukan Subnet, Host dan Broadcast Yang Valid
Pertama kali kita membuat sebuah table atau subnet mapnya kemudian dari table atau
subnet map tersebut dapat kita ambil subnet yang valid berdasarkan perhitungan
subnetting menggunakan rumus menentukan jumlah subnet. Begitu juga dengan range
host yang valid berdasarkan perhitungan subnetting menggunakan rumus menentukan
jumlah host per subnet. Untuk alamat broadcast merupakan alamat ip address terakhir
setelah alamat untuk range host sudah terpenuhi baru alamat broadcast diberikan.
Dengan ketentuan alamat broadcast tidak boleh sama dengan alamat subnet blok
berikutnya atau alamat host terakhir pada blok subnet yang sedang dikerjakan.
Contoh perhitungan subnetting menggunakan metode desimal bertitik
Diketahui sebuah network address 88.2.65.192 dengan subnet mask 255.192.0.0
a. Menentukan jumlah subnet
2
x
– 2 ≥ Jumlah Subnet
49
Nilai tiga oktet terakhir dari subnet mask adalah 192.0.0, kemudian dikonversi kan ke
biner maka didapatkan hasil 11000000.00000000.00000000, Jadi x adalah 2 (banyaknya
binari 1 pada tiga oktet terakhir subnet mask), maka 2
2
– 2 ≥ 2 subnet
b. Menentukan jumlah host per subnet
2
y
– 2 ≥ Jumlah Host Per Subnet
Jadi y adalah 22 (banyaknya binari 0 pada dua oktet terakhir subnet mask), maka 222
–
2 ≥ 4194302 host per subnet
c. Menentukan Blok Subnet
256 – Nilai Oktet Terakhir Subnet Mask
Nilai tiga octet terakhir dari subnet mask adalah 254, kemudian 256 – 192 = 64, subnet
berikutnya 64 + 64 = 128 dan 128 + 64 = 192. Jadi total subnetnya adalah 0, 64, 128,
192.
d. Menentukan Subnet, Host dan Broadcast yang valid
Blok
Subnet
Network Range Host Broadcast
1 88.0.0.0 88.0.0.1 – 88. 63.255.254 88.63.255.255
2 88.64.0.0 88.64.0.1 – 88. 127.255.254 88.127.255.255
3 88.128.0.0 88.128.0.1 – 88. 191.255.254 88.191.255.255
4 88.192.0.0 88.192.0.1 – 88. 255.255.254 88.255.255.255
Blok subnet 2 dan 3 merupakan subnet yang valid, berdasarkan rumus menentukan
jumlah subnet, menghasilkan 2 subnet, mengapa diambil subnet ke 2 dan 3, dilihat lagi
dari blok subnetnya berdasarkan perhitungan itu mulai di ambil dari hasil yang
dikurangi dari 256 adalah 64 dan sampai dengan batas nilai octet terakhir dari subnet
mask, jadi host & broadcast yang valid berada pada blok subnet 2 dan 3.
50
Contoh perhitungan subnetting menggunakan metode desimal bertitik
Diketahui sebuah network address 143.212.17.189 dengan subnet mask 255.255.240.0
a. Menentukan jumlah subnet
2
x
– 2 ≥ Jumlah Subnet
Nilai dua oktet terakhir dari subnet mask adalah 240.0, kemudian dikonversi kan ke
biner maka didapatkan hasil 11110000.00000000, Jadi x adalah 4 (banyaknya binari 1
pada dua oktet terakhir subnet mask), maka 2
4
– 2 ≥ 14 subnet
b. Menentukan jumlah host per subnet
2
y
– 2 ≥ Jumlah Host Per Subnet
Jadi y adalah 12 (banyaknya binari 0 pada dua oktet terakhir subnet mask), maka 212
–
2 ≥ 4094 host per subnet
c. Menentukan Blok Subnet
256 – Nilai Oktet Terakhir Subnet Mask
Nilai dua octet terakhir dari subnet mask adalah 240, kemudian 256 – 240 = 16, subnet
berikutnya 16 + 16 = 32, 32 + 16 = 48, 48 + 16 = 64, 64 + 16 = 80, 80 + 16 = 96, 96 +
16 = 112, 112 + 16 = 128, 128 + 16 = 144, 144 + 16 = 160, 160 + 16 = 176, 176 + 16 =
192, 192 + 16 = 208, 208 + 16 = 224 dan 224 + 16 = 240. Jadi total subnetnya adalah 0,
16, 32, 48, 64, 80, 96, 112, 128, 144, 160, 176, 192, 208, 224, 240.
d. Menentukan Subnet, Host dan Broadcast yang valid
Blok
Subnet
Network Range Host Broadcast
1 143.212.0.0 143.212.0.1 – 143.212.15.254 143.212.15.255
2 143.212.16.0 143.212.16.1 – 143.212.31.254 143.212.31.255
3 143.212.32.0 143.212.32.1 – 143.212.47.254 143.212.47.255
4 143.212.48.0 143.212.48.1 – 143.212.63.254 143.212.63.255
51
5 143.212.64.0 143.212.64.1 – 143.212.79.254 143.212.79.255
6 143.212.80.0 143.212.80.1 – 143.212.95.254 143.212.95.255
7 143.212.96.0 143.212.96.1 – 143.212.111.254 143.212.111.255
8 143.212.112.0 143.212.112.1 – 143.212.127.254 143.212.127.255
9 143.212.128.0 143.212.128.1 – 143.212.143.254 143.212.143.255
10 143.212.144.0 143.212.144.1 – 143.212.159.254 143.212.159.255
11 143.212.160.0 143.212.160.1 – 143.212.175.254 143.212.175.255
12 143.212.176.0 143.212.176.1 – 143.212.191.254 143.212.191.255
13 143.212.192.0 143.212.192.1 – 143.212.207.254 143.212.207.255
14 143.212.208.0 143.212.208.1 – 143.212.223.254 143.212.223.255
15 143.212.224.0 143.212.224.1 – 143.212.239.254 143.212.239.255
16 143.212.240.0 143.212.240.1 – 143.212.255.254 143.212.225.255
Blok subnet 2 sampai dengan 15 merupakan subnet yang valid, berdasarkan rumus
menentukan jumlah subnet, menghasilkan 14 subnet, mengapa diambil subnet ke 2
hingga 15, dilihat lagi dari blok subnetnya berdasarkan perhitungan itu mulai di ambil
dari hasil yang dikurangi dari 256 adalah 16 dan sampai dengan batas nilai octet terakhir
dari subnet mask, jadi host & broadcast yang valid berada pada blok subnet 2 hingga 15.
Contoh perhitungan subnetting menggunakan metode desimal bertitik
Diketahui sebuah network address 192.168.2.122 255.255.255.224
a. Menentukan jumlah subnet
2
x
– 2 ≥ Jumlah Subnet
Nilai oktet terakhir dari subnet mask adalah 224, kemudian dikonversi kan ke biner
maka didapatkan hasil 11100000, Jadi x adalah 3 (banyaknya binari 1 pada oktet
terakhir subnet mask), maka 2
3
– 2 ≥ 6 subnet
52
b. Menentukan jumlah host per subnet
2
y
– 2 ≥ Jumlah Host Per Subnet
Jadi y adalah 5 (banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet mask), maka 25
– 2 ≥ 30
host per subnet
c. Menentukan Blok Subnet
256 – Nilai Oktet Terakhir Subnet Mask
Nilai octet terakhir dari subnet mask adalah 224, kemudian 256 – 224 = 32, subnet
berikutnya 32 + 32 = 64, 64 + 32 = 96, 96 + 32 = 128, 128 + 32 = 160, 160 + 32 = 192,
dan 192 + 32 = 224. Jadi total subnetnya adalah 0, 32, 64, 96, 128, 160, 192, 224
d. Menentukan Subnet, Host dan Broadcast yang valid
Blok Subnet Network Range Host Broadcast
1 192.168.2.0 192.168.2.1 – 192.168.2.30 192.168.2.31
2 192.168.2.32 192.168.2.33 – 192.168.2.62 192.168.2.63
3 192.168.2.64 192.168.2.65 – 192.168.2.94 192.168.2.95
4 192.168.2.96 192.168.2.97 – 192.168.2.126 192.168.2.127
5 192.168.2.128 192.168.2.129 – 192.168.2.158 192.168.2.159
6 192.168.2.160 192.168.2.161 – 192.168.2.190 192.168.2.191
7 192.168.2.192 192.168.2.193 – 192.168.2.222 192.168.2.223
8 192.168.2.224 192.168.2.225 – 192.168.2.254 192.168.2.255
Blok subnet 2 sampai dengan 7 merupakan subnet yang valid, berdasarkan rumus
menentukan jumlah subnet, menghasilkan 6 subnet, mengapa diambil subnet ke 2
hingga 7, dilihat lagi dari blok subnetnya berdasarkan perhitungan itu mulai di ambil
dari hasil yang dikurangi dari 256 adalah 32 dan sampai dengan batas nilai octet terakhir
dari subnet mask, jadi host & broadcast yang valid berada pada blok subnet 2 hingga 7.